Apakah Anda termasuk orang yang percaya pada mitos? Kalau saya pribadi tidak. Kenapa karena mitos itu sendiri hanyalah sebuah opini publik yang berkembang di tengah masyarakat yang terkadang menurut sebagian orang diakui kebenarannya. Padahal kalau kita kaji mitos itu sendiri cenderung jauh dari kebenaran.
Masyarakat pada umumnya mempercayai berbagai banyak mitos, salah satunya mitos dalam membaca. Heh,,,Membaca juga ada mitosnya? Ya benar, membaca pun ada mitosnya, dan karena itulah akhirnya masyarakat punya mindset yang salah tentang membaca. Ingin tahu apa saja mitos tentang membaca? Baiklah berikut akan saya tuliskan 6 mitos dalam membaca yang saya kutip dari bukunya R.M Sarep Putra dalam bukunya yang berjudul Menumbuhkan minat baca sejak dini.
Baca juga : Cara memotivasi anak rajin belajar
Mitos 1. Harus membaca setiap kata
Ketika membaca haruskah kita membaca setiap kata? Tidak! Tidak setiap kata dalam kalimat harus kita baca untuk mengerti keseluruhan makna dalam kalimat. Mengapa? Sebab tidak setiap kata mengandung makna.
Mitos 2. Membaca cukup hanya sekali
Untuk bacaan tertentu, terutama bacaan yang serius yang memerlukan pemahaman, membaca tidak hanya cukup sekali. Menangkap ide dasar suatu kalimat yang sulit dan rumit, tidaklah mudah. Membaca berkali-kali sampai mengerti, penting untuk menjembatani sebuah teks dengan pengetahuan Anda.
Mitos 3. Merasa bersalah kalau melompat membaca
Banyak orang merasa bersalah apabila di dalam proses membaca, membaca suatu teks secara melompat-lompat dari satu bagian ke bagian lain. Sebenarnya sejauh bisa mengorganisasikan dan memetakan pikiran yang tertera dalam bacaan, hal itu tidak masalah. Malahan, cara demikian sangat dianjurkan.
Mitos 4. Mesin penting untuk meningkatkan kecepatan membaca
Di pasaran, tersedia alat bantu membaca dan membaca cepat. Namun, apakah itu membantu?
Omong kosong! Alat hanyalah tool. Yang paling penting, manusia di balik alat itu. Pepatah mengatakan, “A bad workman always blames his tool-seorang yang cakap, acap kali menyalahkan alatnya.”
5. Jika meloncat-loncat atau jarang membaca akan mengurangi pemahaman
Banyak orang menolak apabila dirinya adalah pembaca yang tekun karena tidak membaca kata demi kata. Mereka takut dianggap tidak menangkap inti bacaan dengan baik. Padahal bukti (Martha Maxwell, 1995) sedikit sekali hubungan antara membaca dengan pemahaman. Banyak orang yang jarang membaca, namun memiliki pemahaman yang baik akan suatu wacana. Sebaliknya, tidak sedikit yang banyak membaca tuntas, namun tidak paham apa yang dibacanya.
6. Ada persoalan dengan mata saya
Suatu hal yang aneh jika ada yang beranggapan bahwa jika mata Anda awas, maka otomatis Anda menjadi pembaca yang handal. Bahkan menggunakan kacamata pun, jika dasarnya Anda tidak suka membaca, tidak akan banyak faedahnya. Apabila Anda tidak konsisten mengambil jarak pandang antara bahan mata dan bahan bacaan (idealnya 40 cm), Anda tidak pernah akan pernah merasakan kenikmatan membaca.
Demikian 6 mitos dalam membaca. Semoga bermanfaat!
Komentar
Posting Komentar